Kota Madya Pematangsiantar
Taman Hewan Pematangsiantar
Karang Anyer
Karang Anyar, dari namanya itu adalah nama sebuah tempat di pulau Jawa
sana, tapi di Pematang Siantar, nama Karang Anyar sudah tidak asing lagi
karena menjadi nama sebuah tempat wisata Pemandian Alam. Bila ditempuh dari kota Medan menuju Pemandian Alam Karang Anyar Kec.
Gunung Maligas Kabupaten Simalungun sekitar 128 Km atau kira-kira 2 Km
setelah memasuki Kota Pematang Siantar. Jalan yang dilalui tergolong
bagus karena sudah aspal, walau ada sedikit bolong disana-sini dan
sedikit sempit namun untuk kendaraan roda empat tidak menjadi masalah
berarti. Sampai di gapura atau pos selamat datang kita akan dikenai
retribusi masuk Rp2.500,-/orang. Dari gapura untuk sampai ke lokasi
pemandian berjarak sekitar 300 M dan disana telah disediakan parkiran
sepeda motor dan mobil. Untuk parkiran mobil dikenakan biaya Rp10.000,-
sedangkan untuk sepeda motor Rp3.000,-. Selanjutnya kita tinggal menuruni anak tangga ke bawah dan langsung
bisa melihat jernihnya air pemandian Karang Anyar. Disekitar
pinggirannya kita bisa melihat deretan gubuk-gubuk yang tersedia sebagai tempat bersantai, makan atau terserah lah mau ngapain. Mau jajan
juga bisa karena ada warung-warung yang menjual makanan disana. Gubuk-gubuk beratap terpal dan beralaskan tikar itu disewakan Rp50.000,-
cukup untuk 10-15 orang. Ada juga kamar ganti yang perorang dikenakan
Rp2.000,- bila sudah masuk kedalamnya.
Kuil Buddha Quan im
Di daerah Sumatera Utara tepatnya di daerah Siantar sebaranya sudah lama berdiri. Kuil ini merupakan sebuah bukit bahwa agama Buddha memang ada di daerah tersebut. Selain itu, yang menjadikan kuil ini terus digunakan sampai dengan saat ini adalah keberadaan patung Dewi Kwan Im yang memiliki ukuran tidak biasa telah berdiri di kuil tersebut. Sehingga belakangan ini, tempat ini menjadi salah satu tempat wisata di Pematang Siantar yang bisa dipilih. Patung Dewi Kwan Im yang ada di kuil itu memang telah di akui oleh berbagai Negara sebagai patung yang tertinggi di Asia Tenggara dengan memiliki tinggi sekitar 22,8 meter. Dengan begitu, bagi anda yang ingin berwisata ke daerah Pematang Siantar, mungkin salah satu alternatif wisata yang bisa anda kunjungi adalah Patung Dewi Kwan Im ini. Apalagi bagi yang beragama Buddha, juga bisa melakukan wisata religi ke daerah ini. Patung Dewi Kwan Im terletak di lantai paling atas di Vihara. Dimana bangunan Vihara tersebut memiliki dua lantai dan lantai paling atas terdapat patung tersebut. Selain itu, bentuk dari Vihara ini juga menjadi semakin menarik dengan adanya patung berbagai Shio yang di percayai oleh masyarakat Tionghoa sebagai lambang keberuntungan mereka. Dari berbagai keunikan yang dimiliki Vihara tersebut, maka Vihara ini dijuluki dengan kuil Buddha Kwan Im. Sebagai tempat beribadah bagi umat Buddha, Kuil Buddha Kwan Im ini juga sebagai tempat berwisata, selain tempat untuk beribadah dan berwisata, Kuil Buddha Dewi Kwan Im ini konon dipercaya sebagai tempat suci yang sudah lama turun temurun dan dirawat dengan baik oleh masyarakat setempat, agar menjadi peninggalan yang berharga bagi umat beragama Buddha dan biasa untuk upacara / ritual adat Tionghoa dengan lancar yang berfokus pada Patung Dewi Kwan Im. Terdapat beberapa legenda lainnya terkait tentang asal usul Dewi Kwan Im. Dalam kitab Hong Sin Gi / Hong Sin Phang / Fengshenbang atau disebut juga Fengsen Yanyi. Dalam sejumlah kitab Budhisme Tiongkok klasik, antara lain :
Baca Juga:
- Tempat Wisata di Pulau Sumatera -3-
- Tempat Wisata di Pulau Sumatera -2-
- Tempat Wisata di Pulau Sumatera -1-
- Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera.
- Kwan Im Menyeberangi Samudera sambil Berdiri di atas Naga.
- Kwan Im Duduk bersila Bertangan Seribu.
- Kwan Im Berbaju dan Berjubah Putih Bersih sambil Berdiri
- Kwan Im Berdiri Membawa Anak.
- Kwan Im Berdiri di atas Batu Karang / Gelombang Samudera.
- Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Layu.
- Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua.
Kabupaten Samosir
Danau Toba
Danau Toba adalah sebuah danau tekto-vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. Diperkirakan Danau Toba terbentuk saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa jumlah total material pada letusan sekitar 2.800 km3 -sekitar 2.000 km3 dari Ignimbrit yang mengalir di atas tanah, dan sekitar 800 km3 yang jatuh sebagai abu terutama ke barat. Aliran piroklastik dari letusan menghancurkan area seluas 20.000 km2, dengan deposito abu setebal 600 m dengan kawah utama. Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan kepunahan pada beberapa spesies makhluk hidup. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya. Selama tujuh tahun, para ahli dari universitas Oxford tersebut
meneliti proyek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan
dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul.
Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang
rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan,
daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung
berapi purba. Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di
seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu
Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti
bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera
kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari
sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu
itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli,
betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Pulau Samosir
Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut menjadikan pulau ini menjadi sebuah pulau yang menarik perhatian para turis. Tuktuk adalah pusat konsentrasi turis di Pulau Samosir. Dari Parapat, Tuktuk dapat dihubungkan dengan feri penyeberangan. Selain perhubungan air, Pulau Samosir juga dapat dicapai lewat jalan darat melalui Pangururan yang menjadi tempat di mana Pulau Samosir dan Pulau Sumatera berhubungan. Pulau Samosir sendiri terletak dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas Kabupaten Toba-Samosir. Di pulau ini juga terdapat dua buah danau kecil sebagai daerah wisata yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang mendapat julukan "danau di atas danau".
Pusuk Buhit
sempatkan untuk wisata sejarah di Museum Batak, Balige, Sumatera Utara. Traveler bisa melihat koleksi benda bersejarah khas Batak, sambil menikmati megahnya bangunan museum modern ini.
Museum Batak adalah sebuah museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan sejarah dan kearifan budaya masyarakat Batak. Museum ini beralamat di Jl Pagar Batu No 88, Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara. Bangunan Museum Batak tidak seperti museum-museum lain yang identik gelap dan tradisional. Bangunan Museum Batak yang ada di Balige ini berkonsep modern, sehingga terlihat begitu hidup. Pencahayaan di dalam museum juga cukup terang karena jendela-jendela kacanya lebar. Bahkan di salah satu bagian museum, ada yang atapnya terbuat dari kaca. Sehingga cahaya bebas masuk ke dalam museum. Kulit bangunan dibuat dengan aluminium komposit, tetapi diolah dengan nilai-nilai lokal dan tradisional. Ada motif gorga yang merupakan seni khas Batak. Bangunan ini juga memenuhi standar tahan gempa.Selain itu, museum dilengkapi dengan kamera CCTV yang disebar di setiap sudut bangunan. Ada pula tangga darurat untuk evakuasi kebakaran. Sungguh museum modern yang keren.
Pulau Samosir
Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut menjadikan pulau ini menjadi sebuah pulau yang menarik perhatian para turis. Tuktuk adalah pusat konsentrasi turis di Pulau Samosir. Dari Parapat, Tuktuk dapat dihubungkan dengan feri penyeberangan. Selain perhubungan air, Pulau Samosir juga dapat dicapai lewat jalan darat melalui Pangururan yang menjadi tempat di mana Pulau Samosir dan Pulau Sumatera berhubungan. Pulau Samosir sendiri terletak dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas Kabupaten Toba-Samosir. Di pulau ini juga terdapat dua buah danau kecil sebagai daerah wisata yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang mendapat julukan "danau di atas danau".
Pusuk Buhit
bukit tertinggi di kawasan Danau Toba dengan ketinggian 1972 mdpl
bernama Pusuk Buhit. Merayapi lerengnya merupakan kesenangan tersediri
bagi para pendaki.
Namun, menghabiskan 6 jam perjalanan dari ibu kota Medan tentu
rasanya sedikit kurang menyenangkan jika hanya mendaki puncak ini saja.
Ada hal-hal menarik yang bisa kamu lakukan selain mendaki puncak Pusuk
Buhit, dijamin perjalananmu ke bukit yang menjadi tempat pertama
turunnya raja batak ini semakin menyenangkan. Ditempat tersebut terdapat beberapa tempat yang pantas dilihat, antara lain:
- Menara Tele
- Pemandian umum Aek Sipitu Dae
- Pemandian Batu Cawan
- Tempat Ziarah Batu Hobon
- Rumah Parsaktian
Desa Tomok merupakan salah satu Desa
yang ada di Pulau Samosir Sumatera Utara. Desa ini menjadi telah menjadi
desa wisata di Samosir sejak lama. Kenapa Demikian? Karena di Tomok
kita bisa berwisata Belanja, Wisata Sejarah serta belajar mengenal
Budaya Batak Toba. Ada banyak hal yang menarik untuk kita saksikan di
Desa Tomok ini. Sampai di pusat souvenir di Tomok, saya pun segera memarkirkan sepeda
motor di tempat yang telah disediakan. Uang Parkirnya sebesar
Rp.5000,-/Motor. Setelah itu saya mulai berkeliling berjalan kaki
bersama Karim, sahabat seperjalanan saya. Karena masih jam delapan pagi,
pasar Souvenir Tomok ini masih sepi dan banyak toko yang belum buka. Di
Tomok kita bisa mengunjungi Makam Raja Sidabutar, Objek WIsata
Sigale-gale menari, Museum Batak, dan tentunya kita juga bisa berbelanja
Souvenir disini.
Hot Spring Pangururan
Hot Spring – yang terletak di gunung Pusuk Buhit. Sudah menjadi
andalan Kota Pangururan di Kabupaten Samosir ini dengan pemandian Aek
Rangatnya.
Kita bisa menuju Kota Panguruan dengan menempuh perjalan lebih kurang
1-1.5 jam menggunakan sepeda motor dari Tomok atau dari Tuktuk. Hanya
sekitar 50-80 Ribu untuk sewa sepeda motor kita sudah bisa
menggunakannya berkeliling satu hari menikmati indahnya panorama Pulau
Samosir.
Museum Batak
sempatkan untuk wisata sejarah di Museum Batak, Balige, Sumatera Utara. Traveler bisa melihat koleksi benda bersejarah khas Batak, sambil menikmati megahnya bangunan museum modern ini.
Museum Batak adalah sebuah museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan sejarah dan kearifan budaya masyarakat Batak. Museum ini beralamat di Jl Pagar Batu No 88, Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara. Bangunan Museum Batak tidak seperti museum-museum lain yang identik gelap dan tradisional. Bangunan Museum Batak yang ada di Balige ini berkonsep modern, sehingga terlihat begitu hidup. Pencahayaan di dalam museum juga cukup terang karena jendela-jendela kacanya lebar. Bahkan di salah satu bagian museum, ada yang atapnya terbuat dari kaca. Sehingga cahaya bebas masuk ke dalam museum. Kulit bangunan dibuat dengan aluminium komposit, tetapi diolah dengan nilai-nilai lokal dan tradisional. Ada motif gorga yang merupakan seni khas Batak. Bangunan ini juga memenuhi standar tahan gempa.Selain itu, museum dilengkapi dengan kamera CCTV yang disebar di setiap sudut bangunan. Ada pula tangga darurat untuk evakuasi kebakaran. Sungguh museum modern yang keren.
Kabupaten Nias
Museum Pusaka Nias
Museum Pusaka Nias
Pastor
Johanes M.Hammeris OFM Cap., seorang missionaris Gereja Katolik Ordo
Kapusin, Propinsi Sibolga, sudah sejak tahun 1972 mengoleksi dan
mencatat nama serta fungsi berbagai benda budaya, termasuk yang
mengandung nilai sejarah, masyarakat Nias. Ketika koleksinya semakin
banyak, ia mengusulkan kepada dewan ordonya agar mendirikan museum untuk
menampung koleksi tersebut. Usaha
ke arah itu telihat pada ceramah yang diberikan oleh Pastor Hadrian
Hess OFM Cap. pada Kapitel Ordo Kapusin Propinsi Sibolga tanggal 28-30
Juli 1990 mengenai pentingnya pelestarian budaya Nias dan pendirian
museum. Selanjutnya, dalam rapat pleno Ordo Kapusin Propinsi Sibolga
diputuskan Pastor Johannes sebagai pengelola museum dan sampai sekarang
masih memegang jabatan tersebut. Pada
tanggal 19 April 1991, Pastor Johannes yang bertindak atas nama Dewan
Ordo Kapusin Propinsi Sibolga menghadap notaris untuk meresmikan
pendirian Yayasan Pusaka Nias. Museum Pusaka Nias merupakan badan hukum
yang disahkan dengan akte notaris nomor 4 tahun 1991. Selanjutnya,
museum ini bekerja sama dengan Direktorat Permuseuman dan melalui Surat
Keputusan Bupati Nias KDH Tingakat I dikeluarkan surat izin mendirikan
bangunan Museum Pusaka Nias dengan nomor 646.I/626/SK/1992.
Koleksi
Museum
Pusaka Nias menyimpan sekira 6.500 koleksi benda bersejarah masyarakat
Pulau Nias. Di sini Anda dapat melihat langsung beragam koleksi berharga
budaya Nias, diantaranya adalah: alat rumah tangga, alat musik
tradisional, perhiasan, dan patung-patung. Benda-benda koleksi yang
dipamerkan tersebut dilengkapi keterangan (Bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris) untuk mengetahui sejarah, makna, dan fungsinya. Perawatan benda
koleksi museum ini terbilang baik dan beberapa koleksi menggunakan obat
pengawet khusus agar tidak lekas rusak. Museum Pusaka Nias memiliki 5
paviliun yang terdiri dari :
- PAVILIUN I
Menyajikan berbagai artefak sebagai bukti material yang menggambarkan keagungan seorang Ono Niha pada masa lalu mulai dari kehidupannya secara pribadi, dalam keluarga, dalam masyarakat hingga ke sisi religius yang berkaitan dengan dunia dan kepercayaannya. Artefak-artefak tersebut berkaitan juga dengan dimensi kehidupan yang agung (Molakhomi) dan terhomat (mosumange) dan tegas/keras (mosofu). - PAVILIUN II
Menghadirkan bukti-bukti material yang dipakai dalam pesta yang berkaitan dengan kejelasan dan peneguhan status. Mulai dari berbagai bentuk perhiasan dan barang-barang berharga lainnya, peralatan dapur, dan peralatan jamuan yang terbuat dari kayu, batu, dan keramik. Dilanjutkan dengan rumah adat dengan berbagai ukiran dan monumen di sekitarnya sebagai simbol tingginya status. Berbagai takaran, pakaian, dan tempat duduk yang sekaligus sebagai usungan pada saat prosesi pesta adat, hingga berbagai bentuk peti jenazah sebagai akhir dari kehidupan di dunia serta artefak yang digunakan pada perayaan dan ritus religi kuno.
- PAVILIUN III
Hidup keseharian orang Nias tidak saja diisi dengan hal-hal yang istimewa. Layaknya masyarakat suku bangsa lain di berbagai belahan dunia, Ono Niha juga menjalani hidup sehari-hari dengan berbagai kegiatan rutin. Menelusuri hidup keseharian Ono Niha dapat dilihat dalam ruangan ini, mulai dari tempat hunian, peralatan, dan teknologi rumah tangga, kesenian, pertanian, pertukangan, perburuan kepala manusia, perburuan hewan untuk makanan dan sebagainya. - PAVILIUN IV
Peristiwa penting dalam kehidupan orang Nias diabadikan dengan batu. Batu itu seolah hidup dan bertutur pada generasi sekarang tentang masa lalu leluhurnya. Mengapa batu?
Me kara lo tebulo-bulo (Karena batu tak pernah berubah)
Me kara lo maoso-maoso (Karena batu tak pernah bergerak)
Kara toroi ba nahia (Batu tetap tinggal pada tempatnya)
Kara sahono boto (Batu yang indah dan selamanya kekal)
Me kara lo maoso-maoso (Karena batu tak pernah bergerak)
Kara toroi ba nahia (Batu tetap tinggal pada tempatnya)
Kara sahono boto (Batu yang indah dan selamanya kekal)
- PAVILIUN V
Kegiatan pameran temporer, ceramah, audio visual, diskusi untuk pendidikan pusaka bagi pengunjung, dll.
Pantai Sorake & Pantai Lagundri
Pantai Sorake dan Pantai Lagundri Nias Selatan Sumatera Utara
Pantai Sorake dan pantai Lagundri terletak di Desa Botohilitano,
Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan, Propinsi Sumatera Utara.
Jarak pulau Nias sendiri sekitar 125 kilometer dari Pulau Sumatera.
Letaknya memang Sedikit terpencil, namun karena itulah yang membuat
pantai ini masih asri dan menjadi favorit para wisatawan khususnya para
peselancar.
Jarak antara Pantai Lagundri dan Pantai Sorake hanya 2 km, berlokasi
sekira 12 km dari Telukdalam, ibu kota Kabupaten Nias Selatan, Sumatera
Utara.
Pantai Sorake dan pantai Lagundri ini terkenal karena ombaknya yang besar dan bahkan di kalangan surfer, ombak di pantai ini terbaik setelah pantai di Hawaii. Ketinggian ombak yang mencapai 3 sampai 5 meter, menjadi tantangan tersendiri bagi peselancar. Selain itu, ombak di pantai ini memiliki 5 tingkatan yang tidak dimiliki pantai-pantai di belahan bumi lain. Pantai Lagundri sudah beberapa kali menjadi lokasi lomba selancar baik nasional maupun internasional. Nias Open adalah salah satu kejuaraan yang rutin diselenggarakan dimana ratusan peselancar mancanegara terutama dari Australia begitu mendominasi lautannya.
Lanskap
Pantai Lagundri dan Pantai Sorake bukan hanya memiliki lanskap panorama yang indah tetapi juga tersohor sebagai lokasi selancar (surfing) bertaraf internasional.
Tempat Berkumpul Peselancar Profesional
Pantai Sorake dan pantai Lagundri ini terkenal karena ombaknya yang besar dan bahkan di kalangan surfer, ombak di pantai ini terbaik setelah pantai di Hawaii. Ketinggian ombak yang mencapai 3 sampai 5 meter, menjadi tantangan tersendiri bagi peselancar. Selain itu, ombak di pantai ini memiliki 5 tingkatan yang tidak dimiliki pantai-pantai di belahan bumi lain. Pantai Lagundri sudah beberapa kali menjadi lokasi lomba selancar baik nasional maupun internasional. Nias Open adalah salah satu kejuaraan yang rutin diselenggarakan dimana ratusan peselancar mancanegara terutama dari Australia begitu mendominasi lautannya.
Lanskap
Menyambut pagi hari
Pantai Lagundri dan Pantai Sorake bukan hanya memiliki lanskap panorama yang indah tetapi juga tersohor sebagai lokasi selancar (surfing) bertaraf internasional.
Tempat Berkumpul Peselancar Profesional
Beragam papan selancar
Penggila olahraga selancar dari mancanegara beduyun-duyun berkumpul di pantai Lagundri pada April hingga September
setiap tahunnya. Mereka akan menjajal lipatan gelombang yang tingginya
mampu mencapai 7 hingga 10 meter dengan lima tingkatan. Beberapa di
antaranya sangat diidamkan peselancar profesional.
Selain itu, panjang daya dorong ombak di kawasan ini nyatanya bisa mencapai 200 meter. Akan lebih menarik dan menantang ombaknya saat tiba bulan purnama.
Salah satu yang membuat ombak di Lagundri ini ideal bagi selancar adalah karena lokasinya berhadapan dengan Samudera Indonesia dan juga merupakan tempat bertemunya teluk sehingga ombak akan mengalir besar.
Selain itu, panjang daya dorong ombak di kawasan ini nyatanya bisa mencapai 200 meter. Akan lebih menarik dan menantang ombaknya saat tiba bulan purnama.
Salah satu yang membuat ombak di Lagundri ini ideal bagi selancar adalah karena lokasinya berhadapan dengan Samudera Indonesia dan juga merupakan tempat bertemunya teluk sehingga ombak akan mengalir besar.
Peta Nias Selatan
Di pantai ini peselancar bisa menaiki ombak sejauh 200 meter, karena
karakteristik ombak disini memang panjang dan besar, mungkin karena
pantai ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Keistimewaan lain
di pantai ini adalah ombaknya tidak terpengaruh oleh arah mata angin
ataupun pasang surut air laut.
Karena sudah dikenal oleh para peselancar dunia, di Pantai Sorake sering diadakan kompetisi ataupun kejuaraan internasional selancar air, yang diikuti oleh surfer-surfer profesional kelas dunia. Biasanya didominasi oleh peselancar asal Amerika Serikat dan Brazil.
Aksesbilitas
Akses Terdekat Menuju Pulau Nias Sudah Tentu adalah Kota Sibolga. Ada dua pilihan transportasi umum menuju Nias, menggunakan jalur darat dan udara.
Moda Transportasi Udara
Untuk jalur udara terdapat dua maskapai penerbangan menuju Nias, yaitu Merpati dan Wings Air. Keduanya berangkat dari Bandar Udara Internasional Kualanamu (Medan) menuju Gunungsitoli (Nias). Keduanya berangkat hampir pada waktu yang bersamaan, yaitu sekitar jam 7.00 pagi setiap harinya. Jadwal pulang kedua maskapai dari Gunungsitoli sekitar jam 8.20. Biaya penerbangan kedua maskapai berkisar Rp. 700.000,- untuk 1 kali penerbangan.
Moda Transportasi Darat
Bila Anda Ingin Menggunakan Moda Transportasi Darat, dari Kota Sibolga, terdapat Armada Angkutan Travel dan Bus Antar Kota Dalam Provinsi yang dilayani Oleh PT. Antar Lintas Sumatera, PT. Makmur dan PO. Bintang Utara setiap harinya. Kemudian, di lanjutkan Menggunakan Kapal Motor yang Berangkat Pada Pukul 21:00 Wib Maka Akan Tiba Di Pulau Nias Ke-Esokan Harinya Pukul 07:30
Transportasi yang murah meriah bisa menggunakan kapal laut atau ferry. Tapi sedikit memakan waktu karena membutuhkan 11 jam untuk menyebrang ke Pulau Nias dari Sibolga (Sumut). Jadwal ferry setiap hari jam 8.00 malam, kecuali hari minggu tidak ada kapal yang berlayar. Harga tiket ekonomi Rp69.000,- sedangkan tiket cabin Rp103.000,-. Pembelian dan pemesanan tiket bisa di jalan Yos Sudarso kota GunungSitoli atau dipelabuhan Sibolga (Sumut). Ada alternatif kapal setiap hari Senin, Rabu dan Jumat tujuan Sibolga (Sumut) – Teluk Dalam ( Nias Selatan). Pembelian dan pemesanan tiket bisa melalui Pelabuhan sibolga. Harga Tiket ekonomi Rp80.000,-.
Dari Jakarta
Untuk mencapai Nias, ada kapal mingguan dari Jakarta ke Gunung Sitoli, ada feri dari Sibolga ke Gunung Sitoli, Teluk Dalam, atau Lahewa setiap hari atau bisa Juga menggunakan bus PT. Antar Lintas Sumatera (ALS) dari Lebak Bulus menuju Sibolga. Kemudian di lanjutkan Menggunakan Kapal Motor yang berangkat Pada Pukul 21:00 WIb Maka Akan Tiba Di Pulau Nias Ke-Esokan Harinya Pukul 07:30
Akomodasi
Tersedia sekira 60 homestay berjejer tepat berada di bibir Pantai Lagundri Sorake. Tarifnya terbilang ekonomis yaitu mulai dari Rp75.000,- per malam dengan fasilitasnya adalah kasur dan bantal, kamar mandi di dalam, air bersih, listrik, kipas angin, serta kelambu.
Karena sudah dikenal oleh para peselancar dunia, di Pantai Sorake sering diadakan kompetisi ataupun kejuaraan internasional selancar air, yang diikuti oleh surfer-surfer profesional kelas dunia. Biasanya didominasi oleh peselancar asal Amerika Serikat dan Brazil.
Aksesbilitas
Akses Terdekat Menuju Pulau Nias Sudah Tentu adalah Kota Sibolga. Ada dua pilihan transportasi umum menuju Nias, menggunakan jalur darat dan udara.
Moda Transportasi Udara
Untuk jalur udara terdapat dua maskapai penerbangan menuju Nias, yaitu Merpati dan Wings Air. Keduanya berangkat dari Bandar Udara Internasional Kualanamu (Medan) menuju Gunungsitoli (Nias). Keduanya berangkat hampir pada waktu yang bersamaan, yaitu sekitar jam 7.00 pagi setiap harinya. Jadwal pulang kedua maskapai dari Gunungsitoli sekitar jam 8.20. Biaya penerbangan kedua maskapai berkisar Rp. 700.000,- untuk 1 kali penerbangan.
Moda Transportasi Darat
Bila Anda Ingin Menggunakan Moda Transportasi Darat, dari Kota Sibolga, terdapat Armada Angkutan Travel dan Bus Antar Kota Dalam Provinsi yang dilayani Oleh PT. Antar Lintas Sumatera, PT. Makmur dan PO. Bintang Utara setiap harinya. Kemudian, di lanjutkan Menggunakan Kapal Motor yang Berangkat Pada Pukul 21:00 Wib Maka Akan Tiba Di Pulau Nias Ke-Esokan Harinya Pukul 07:30
Transportasi yang murah meriah bisa menggunakan kapal laut atau ferry. Tapi sedikit memakan waktu karena membutuhkan 11 jam untuk menyebrang ke Pulau Nias dari Sibolga (Sumut). Jadwal ferry setiap hari jam 8.00 malam, kecuali hari minggu tidak ada kapal yang berlayar. Harga tiket ekonomi Rp69.000,- sedangkan tiket cabin Rp103.000,-. Pembelian dan pemesanan tiket bisa di jalan Yos Sudarso kota GunungSitoli atau dipelabuhan Sibolga (Sumut). Ada alternatif kapal setiap hari Senin, Rabu dan Jumat tujuan Sibolga (Sumut) – Teluk Dalam ( Nias Selatan). Pembelian dan pemesanan tiket bisa melalui Pelabuhan sibolga. Harga Tiket ekonomi Rp80.000,-.
Dari Jakarta
Untuk mencapai Nias, ada kapal mingguan dari Jakarta ke Gunung Sitoli, ada feri dari Sibolga ke Gunung Sitoli, Teluk Dalam, atau Lahewa setiap hari atau bisa Juga menggunakan bus PT. Antar Lintas Sumatera (ALS) dari Lebak Bulus menuju Sibolga. Kemudian di lanjutkan Menggunakan Kapal Motor yang berangkat Pada Pukul 21:00 WIb Maka Akan Tiba Di Pulau Nias Ke-Esokan Harinya Pukul 07:30
Akomodasi
Tersedia sekira 60 homestay berjejer tepat berada di bibir Pantai Lagundri Sorake. Tarifnya terbilang ekonomis yaitu mulai dari Rp75.000,- per malam dengan fasilitasnya adalah kasur dan bantal, kamar mandi di dalam, air bersih, listrik, kipas angin, serta kelambu.
Lompat batu Nias
Tradisi melompat batu atau yang biasa disebut oleh orang Nias sebagai fahombo batu adalah pada mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik. Lebih jauh dari itu bila sang pemuda mampu melompati batu yang disusun hingga mencapai ketinggian 2 m dengan ketebalan 40 cm dengan sempurna maka itu artinya sang pemuda kelak akan menjadi pemuda pembela kampungnya samu’i mbanua atau la’imba hor, jika ada konflik dengan warga desa lain.
Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa tradisi lompat batu ini tidak terdapat di semua wilayah Nias dan hanya terdapat pada kampung-kampung tertentu saja seperti di wilayah Teluk Dalam. Dan satu hal lagi, tradisi ini hanya boleh diikuti oleh kaum laki-laki saja, dan sama sekali tak memperbolehkan kaum perempuan untuk mencobanya mengingat lompat batu merupakan ajang ketangkasan yang nantinya bila berhasil melompat dengan sempurna yang bersangkutan akan didampuk menjadi pembela kampungnya ketika ada perselisihan dengan kampung lain.
Oleh karena begitu prestisiusnya kemampuan lompat batu ini, maka sang pemuda yang telah berhasil menaklukan batu ini pada kali pertama bukan saja akan menjadi kebanggaan dirinya sendiri tapi juga bagi keluarganya. Bagi keluarga sang pemuda yang baru pertama kali mampu melompati batu setinggi 2 meter ini biasanya akan menyembelih beberapa ekor ternak sebagai wujud syukuran atas keberhasilan anaknya.
Penampakan tinggi batu yang jauh di atas tinggi pemuda dewasa
Karena suatu kebanggaan, maka setiap pemuda tidak mau kalah dengan yang lain. Sejak umur sekitar 7-12 tahun atau sesuai dengan pertumbuhan seseorang, anak-anak laki-laki biasanya bermain dengan melompat tali. Mereka menancapkan dua tiang sebelah menyebelah, membuat batu tumpuan, lalu melompatinya. Dari yang rendah, dan lama-lama ditinggikan. Ada juga dengan bantuan dua orang teman yang memegang masing-masing ujung tali, dan yang lain melompatinya secara bergilir. Mereka bermain dengan semangat kebersamaan dan perjuangan.
Uniknya, konon meski sudah latihan keras tidak semua pemuda akhirnya berhasil melewati undukan batu bersusun itu, bahkan tak jarang dari mereka ada yang sampai patah tulang karena tersangkut ketika mencoba melewati batu tersebut. Tapi tak jarang pula ada pemuda yang hanya berlati sekali dua tapi langsung mampu melewati batu tersebut. Menurut kepercayaan setempat hal ini dipengaruhi oleh faktor genetika. Jika ayahnya atau kakeknya seorang pemberani dan pelompat batu, maka diantara para putranya pasti ada yang dapat melompat batu. Kalau ayahnya dahulu adalah seorang pelompat batu semasih muda, maka anak-anaknya pasti dapat melompat walaupun latihannya sedikit. Bahkan ada yang hanya mencoba satu-dua kali, lalu, bisa melompat dengan sempurna tanpa latihan dan pemanasan tubuh.
Kemampuan dan ketangkasan melompat batu juga dihubungkan dengan kepercayaan lama. Seseorang yang baru belajar melompat batu, ia terlebih dahulu memohon restu dan meniati roh-roh para pelompat batu yang telah meninggal. Ia musti memohon izin kepada arwah para leluhur yang sering melompati batu tersebut. Tujuanya untuk menghindari kecelakaan atau bencana bagi para pelompat ketika sedang mengudara, lalu menjatuhkan diri ke tanah. Sebab banyak juga pelompat yang gagal dan mendapat kecelakaan.
Lantas kenapa para pemuda yang mampu melompat batu kemudian akan menjadi ksatria dikampungnya? Itu lantaran ketika terjadi peperangan antar kampung maka para prajurit yang menyerang harus mempunyai keahlian melompat untuk menyelamatkan diri mengingat setiap kampung di wilayah Teluk Dalam rata-rata dikelilingi oleh pagar dan benteng desa. Maka dari itu ketika tradisi berburu kepala orang atau dalam sebutan mereka mangaih’g dijalankan sang pemburu kepala manusia ketika dikejar atau melarikan diri, mereka harus mampu melompat pagar atau benteng desa sasaran yang telah dibangun dari batu atau bambu atau dari pohon tali’anu supaya tidak terperangkap di daerah musuh.Itu juga sebabnya desa-desa didirikan di atas bukit atau gunung hili supaya musuh tidak gampang masuk dan tidak cepat melarikan diri. Dan bagi pemuda yang dapat selamat dari perangkap musuh itulah yang kemudian akan pulang ke kampungnya dengan segala kehormatan dan dielu-elukan sebagai pahlawan.
Tradisi melompat batu atau yang biasa disebut oleh orang Nias sebagai fahombo batu adalah pada mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik. Lebih jauh dari itu bila sang pemuda mampu melompati batu yang disusun hingga mencapai ketinggian 2 m dengan ketebalan 40 cm dengan sempurna maka itu artinya sang pemuda kelak akan menjadi pemuda pembela kampungnya samu’i mbanua atau la’imba hor, jika ada konflik dengan warga desa lain.
Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa tradisi lompat batu ini tidak terdapat di semua wilayah Nias dan hanya terdapat pada kampung-kampung tertentu saja seperti di wilayah Teluk Dalam. Dan satu hal lagi, tradisi ini hanya boleh diikuti oleh kaum laki-laki saja, dan sama sekali tak memperbolehkan kaum perempuan untuk mencobanya mengingat lompat batu merupakan ajang ketangkasan yang nantinya bila berhasil melompat dengan sempurna yang bersangkutan akan didampuk menjadi pembela kampungnya ketika ada perselisihan dengan kampung lain.
Oleh karena begitu prestisiusnya kemampuan lompat batu ini, maka sang pemuda yang telah berhasil menaklukan batu ini pada kali pertama bukan saja akan menjadi kebanggaan dirinya sendiri tapi juga bagi keluarganya. Bagi keluarga sang pemuda yang baru pertama kali mampu melompati batu setinggi 2 meter ini biasanya akan menyembelih beberapa ekor ternak sebagai wujud syukuran atas keberhasilan anaknya.
Penampakan tinggi batu yang jauh di atas tinggi pemuda dewasa
Karena suatu kebanggaan, maka setiap pemuda tidak mau kalah dengan yang lain. Sejak umur sekitar 7-12 tahun atau sesuai dengan pertumbuhan seseorang, anak-anak laki-laki biasanya bermain dengan melompat tali. Mereka menancapkan dua tiang sebelah menyebelah, membuat batu tumpuan, lalu melompatinya. Dari yang rendah, dan lama-lama ditinggikan. Ada juga dengan bantuan dua orang teman yang memegang masing-masing ujung tali, dan yang lain melompatinya secara bergilir. Mereka bermain dengan semangat kebersamaan dan perjuangan.
Uniknya, konon meski sudah latihan keras tidak semua pemuda akhirnya berhasil melewati undukan batu bersusun itu, bahkan tak jarang dari mereka ada yang sampai patah tulang karena tersangkut ketika mencoba melewati batu tersebut. Tapi tak jarang pula ada pemuda yang hanya berlati sekali dua tapi langsung mampu melewati batu tersebut. Menurut kepercayaan setempat hal ini dipengaruhi oleh faktor genetika. Jika ayahnya atau kakeknya seorang pemberani dan pelompat batu, maka diantara para putranya pasti ada yang dapat melompat batu. Kalau ayahnya dahulu adalah seorang pelompat batu semasih muda, maka anak-anaknya pasti dapat melompat walaupun latihannya sedikit. Bahkan ada yang hanya mencoba satu-dua kali, lalu, bisa melompat dengan sempurna tanpa latihan dan pemanasan tubuh.
Kemampuan dan ketangkasan melompat batu juga dihubungkan dengan kepercayaan lama. Seseorang yang baru belajar melompat batu, ia terlebih dahulu memohon restu dan meniati roh-roh para pelompat batu yang telah meninggal. Ia musti memohon izin kepada arwah para leluhur yang sering melompati batu tersebut. Tujuanya untuk menghindari kecelakaan atau bencana bagi para pelompat ketika sedang mengudara, lalu menjatuhkan diri ke tanah. Sebab banyak juga pelompat yang gagal dan mendapat kecelakaan.
Lantas kenapa para pemuda yang mampu melompat batu kemudian akan menjadi ksatria dikampungnya? Itu lantaran ketika terjadi peperangan antar kampung maka para prajurit yang menyerang harus mempunyai keahlian melompat untuk menyelamatkan diri mengingat setiap kampung di wilayah Teluk Dalam rata-rata dikelilingi oleh pagar dan benteng desa. Maka dari itu ketika tradisi berburu kepala orang atau dalam sebutan mereka mangaih’g dijalankan sang pemburu kepala manusia ketika dikejar atau melarikan diri, mereka harus mampu melompat pagar atau benteng desa sasaran yang telah dibangun dari batu atau bambu atau dari pohon tali’anu supaya tidak terperangkap di daerah musuh.Itu juga sebabnya desa-desa didirikan di atas bukit atau gunung hili supaya musuh tidak gampang masuk dan tidak cepat melarikan diri. Dan bagi pemuda yang dapat selamat dari perangkap musuh itulah yang kemudian akan pulang ke kampungnya dengan segala kehormatan dan dielu-elukan sebagai pahlawan.
-Semoga Bermanfaat-